Tuesday, December 20, 2011

Meneliti Penguin Sampai Pemanasan Global

    Memperingati se-abad pencapaian Roald Amundsen ke Antartika,rombongan belasan orang termasuk PM Norwegia,datang ke benua itu,pekan lalu. Penjelajah Inggris,Robet Falcon Scott,yang mencapai antartika sebulan setelah Amundsen,meninggal setelah kembali pada bulan maret tahun 1912. Dia terlambat keluar dari sana dan tidak tahan dengan musim dingin di sana. Menurut Ross Macphee,kurator American Museum of Natural History New York,Scott mendesak agar para ilmuwan menjaga tradisi untuk menjelajah ke benua itu dan tetap bertahan hingga kini. "Setiap ilmuwan yang bekerja di Antarika saat ini berhutang pada Scott," kata Macphee,pada bulan september yang lalu.

    Para ilmuwan kini menjadi penduduk utama di benua itu. Setiap tahun saat siang hari  panjang di sana berlangsung,para ilmuwan berada di Antartika untuk mempelajari kondisi biologis,mengebor es dan mengirim pesawat untuk memetakan apa yang ada di bawah lapisan es. Berdasarkan data Council of Manager of National Antarctic Programs,hampir 80 stasiun penelitian milik 30 negara tersebar di benua itu. Berikut beberapa objek yang menjadi tujuan utama para peneliti.


   Fauna kharismatik beberapa ilmuwan datang untuk mempelajari kehidupan lautan unik yang berkumpul dekat perairan kaya nutrisi di pantai Antartika. Penguin adalah hewan terkenal,namun kenyataannya tidak seperti dalam film-film kartun.  "Penguin sebenarnya tidak menyenangkan. Mereka sangat kuat dan tidak mudah di tangkap," kata David Ainley,ahli ekologi laut yang mempelajari penguin Adelie sejak akhir tahun 1960. Selama beberapa dekade Ainley meneliti mengapa populasi penguin berubah. Sebagian bertambah namun sebagian lain menyusut. Namun pertanyaan sebenarnya adalah bagaimana penguin dapat bertahan dalam situasi lingkungan yang sulit.


                                                                   "RAHASIA"

    Rahasia masa lalu saat Ainley dan tim-nya menghabiskan hari di lereng berbatu di pantai Antartika,para ilmuwan lain menghabiskan waktu musim panas di atas kapal. David Barnes bersama British Antarctic Survey pekan lalu berada di atas kapal peneliti RSS James Ross dekat semenanjung Antartika. Menurut Barnet penelitiannya fokus untuk menguak rahasia es Antartika di masa yang lalu,khususnya bagaimana perubahan lapisan es di Antartika Barat dari masa ke masa. Para ilmuwan tahu dulu-nya es tersebut lebih besar dari sekarang dan beberapa orang menduga lebih kecil dari saat ini.


    "Masalahnya setiap saat ada zaman es yang menghapus semuanya,jadi kita tidak benar-benar tahu dari mana lapisan es itu datang," kata Barner.  Barner memperhatikan perubahan genetik makhluk laut yang hidup di Barat Antartika untuk menjelaskan seberapa lama populasi itu ter-isolasi oleh es. "Genetika menjaga kaitan antara spesies dan populasi. Jadi dengan melihat sekitar Antartika dengan kedalaman yang berbeda,kami bisa tahu apa yang ada di bawah lapisan es."  Informasi yang di dapat bisa membantu para ilmuwan mengetahui iklim Antartika Barat di masa yang lalu dan bagaimana reaksinya terhadap pemanasan global.

    Kehidupan es sementara itu,sejumlah ilmuwan lain memilih menetap di atas es selama musim panas. Robert Bindschadler,seorang glaciologis dan pensiunan NASA,bersama tim kecil menginap selama 10 pekan di atas bongkahan pegunungan es Pine Island yang mengapung,ini adalah salah satu gunung es terbesar dan paling cepat berjalan di Antartika. Gunung es yang melingkari benua itu bisa menjadi pertanda seberapa cepat lapisan es di Antartika Barat mencair dan meningkatkan permukaan laut tiap tahun. Para peneliti ingin meneliti langsung perubahan yang terjadi di sana meskipun data satelit telah menyediakan beberapa informasi. Pengamatan tersebut menunjukkan bahwa air laut yang hangat membuat lapisan es meleleh dan pecah menuju laut lepas.

    "Satelit memberikan kita banyak hal,tapi tidak bisa memberikan kita jawaban,apa yang terjadi di bawah sana," kata Bindschadler. Hingga akhir misi, tim ini mengebor beberapa titik sedalam 500 meter untuk menanamkan sensor ke laut untuk mengukur variasi suhu. Beberapa peneliti lain mengawasi pekerjaan tersebut dari udara dengan pesawat yang di lengkapi dengan teknologi penginderaan untuk melihat bawah es.

No comments:

Post a Comment